KELAKAR APATIS



Romansa. Begitu banyak romansa mampu tercipta dengan hanya begitu saja. Romansa yang tercipta dr tatapan mata, obrolan singkat, gurauan, kelakar, bahkan dari hubungan intim yg begitu singkat dan tak mampu dijelaskan.Manusia hanya mampu berkhayal dan berharap serta mungkin mengusahakan untuk beberapa kasus romansa tertentu. Sisanya kembali kepada sang Khalik dimana perwujudan dari apa yg diharapkan dan didoakan sesuai dengan kenyataan. Kenyataan. Lagi-lagi berbicara mengenai kenyataan selalu saja jauh dari kisaran dunia utopia. Kenyataan yang njelimet. Perkara yg terasa ruwet. 

Bahkan kebahagiaan yang terasa begitu kompleks. Berpikir bahwa saat ini merasa bahagia ternyata bukanlah surga yang bertahan selamanya. Seolah bahagia merupakan titipan yang sewaktu-waktu mampu berubah dan berputar. Berharap mampu menepis kesedihan dengan mencari kebahagiaan-kebahagiaan lain. Silih berganti kebahagiaan mengisi hanya demi mengusir dan mencegah rasa yang merupakan antonim dari kata bahagia.Terkadang manusia lupa diri. Memanfaatkan waktu lantas seketika menyia-nyiakannya. Mencoba mengeruk kebahagiaan dengan alih-alih membantu namun ketika kebahagiaan lain datang, sekejap lupa daratan. 

Mungkin manusia hampir lupa dengan balas budi. Mungkin pula manusia slalu berpikir dengan bertaubat bisa mengobati beberapa luka yg telah ditoreh. Hanya dengan berserah diri namun lupa untuk mengembalikan senyuman yg telah direnggut. Manusia kerap berpikir bahwasanya mahluk hidup lain selain dirinya adalah patung-patung Tuhan yang sekiranya tidak perlu digubris mengenai perihal perasaan. Mereka adalah patung-patung bergerak yang sewaktu-waktu dapat kita ajak menikmati puncak kebahagiaan dr tertawa namu terbuang begitu saja ketika tawa lain hadir.Mengaku atas nama ketidaknyamanan yang datang secara alamiah, lantas melupakan faktor-faktor lain. Mencoba mempertahankan kebenaran yang diyakini seolah Tuhan memberitahunya secara langsung mengenai hal-hal yang berhubungan dengan benar dan salah. Bahkan melupakan bahwa yang Maha tahu mengenai benar atau salah hanyalah semata Tuhan Yang Maha Esa. 

Congkak.

Mencoba menutup telinga dan mata untuk beberapa hal yang dianggap mengganggu. menolak untuk menempatkan diri dalam pribadi lain. Berasumsi, berkontemplasi dan berpikiran bahwa kesepian itu hanya alasan dari si pembual.Terkadang beberapa manusia memilih untuk menunggu karma, karena percaya kuasa YME yang mampu melakukan banyak hal diluar kendali. Namun beberapa tipikal manusia beranggapan bahwa mempercepat karma lebih baik dari sekedar menunggu merepotkan Tuhan membalas. Semua tergantung dari bagaimana manusia itu sendiri menanggapi kadar kebahagiaannya yang terhempas. Lantas apa arti sebuah kesetiaan bagi seorang manusia. Sementara kenyataan yang ada, hanya ada satu saja yang bisa kita miliki secara tunggal. TUHAN. Sisanya semua berhak memiliki kesempatan untuk sebuah kepemilikan lebih dari satu. Terlalu dini menanggapi hal konyol yang apatis dan jauh dr sifat realistis.Segalanya bisa dimaklumi. Semuanya bisa saja terjadi. Sombong untuk memilih dan meyakini apa-apa yang belum menjadi jalannya. Berbesar hati menerima, melapangkan dada seluas-luasnya untuk hal terburuk. Padahal, yang manusia bisa lakukan hanyalah melakukan yang terbaik dan mengusahakan apa yang Tuhan berikan saat ini dan bersiap untuk apa yang akan terjadi. 

Saya selalu menganggap romansa hanyalah picisan belaka yang terdengar dari lantunan lagu munafik dari pemimpi komersil, terbaca dari torehan alfabet yang terangkai ataupun dari banyak mulut yang terbuka dan bersuara. Sesuatu yang bisa saja datang dan pergi sewaktu-waktu. Mungkin seperti kepulan asap rokok yang mampu terlihat mengepul banyak namun menghilang bersama udara yang terhirup dan berganti. Lantas saya pun tidak begitu ngotot untuk bertahan pada sebuah romansa. Semua seperti angin. Berhembus. Meniup. Lewat begitu saja. Saya tidak akan yakin pada romansa seperti keyakinan saya terhadap sang pencipta. Bahkan beberapa manusiapun hidup tanpa keyakinan mengenai si Maha Ghoib. Katakanlah saya skeptis mengenai hal ini. Setiap manusia hanya mampu menjalani dengan sebaik-baiknya. Berusaha untuk tidak membuat luka-luka yang nantinya menjadi borok semata. Cobalah berhenti meracau, mengigau atau mencoba membuat kacau. Entahlah. Mungkin saya dan anda hanya menjalani apa yang ada. Tidak terlalu sombong melangkahi maunya sang kuasa.

Berharap?

ha ha ha. Jangan bergurau.

Comments

Popular Posts