PENIKMAT MEMORI





Source: Rociel
Malam ini, mungkin si penangkap mimpi sedang melangkahkan kakinya mencoba menangkap banyak mimpi-mimpi baru. Derap langkahnya pun semakin terdengar samar-samar lantas perlahan menghilang dan akhirnya senyap. Menanggalkan segumpal memori yang tersangkut dipelipis ingatan. Memori yang belum sempat saya rapihkan, sehingga terkadang masih berserakan di area ingatan dan mimpi tertentu.

Mungkin, penangkap mimpi untuk saya adalah seperti sinterklas bagi kamu. Yang menghilang seiring waktu yang beranjak dan melaju. Yang akhirnya menamakan dirinya kenangan ketika kamu dewasa. Tidak perlu berupaya untuk melupakan, tidak juga bersikeras untuk mendatangkannya kembali. Tetap disana sebagaimana adanya. Tidak perlu bersusah payah menjadi pencumbu rindu atau petarung mimpi. Cukup menjadi penikmat memori.

Menjadi penikmat memori adalah hal yang paling nikmat ketika kita tahu bagaimana cara menikmatinya. Menikmati berbeda padanan arti dengan mencari apalagi melukai. Menikmati adalah berhenti berasumsi bahkan berkontemplasi. Menikmati adalah ketika waktu secara egois berhenti untuk diri sendiri. Menikmati adalah merasa tercukupi dari harapan dan mimpi. Menikmati tidak perlu energi. Menikmati tentu saja bukan meratapi. Menikmati adalah merasai nikmat penikmatan dan kenikmatan. 

Penikmat memori selalu bisa menemukan tempat yang tepat untuk memori itu sendiri diantara ego dan hasrat. Penikmat memori menjaga keberadaan itu tetap seperti apa adanya. Satu-satu kata kerja yang berkaitan secara harafiah dengan penikmat adalah menikmati. Dan, cukup sampai disitu. Bukan meratapi atau berharap pada sejuta mimpi. Bukan terobsesi yang malah menghancurkan nikmatnya memori itu sendiri. 

Menurut saya menjadi penikmat memori adalah hal yang paling mendamaikan. Karena subjek penderitanya sendiri adalah milik pribadi. Memori pun menjadi abadi untuk dimiliki sendiri, melekat hingga berkerak.

"Selamat malam, Penangkap mimpi."

Saya tak lagi menanti, saya hanya menikmati. Lagi dan lagi. Beralih mimpi dan berganti hari. Tak jua saya berupaya berlari. Sudah saya bilang, saya sekedar menikmati. Kamu pun tak lantas mati dalam memori. 


Comments

Popular Posts