ORION (part 2)


Source: Rociel


Aku masih memandangmu sambil tersenyum pagi itu. Mengikuti hela nafasmu menyusuri mimpi yang sedang mampir dikepalamu. Mungkin kau sedang berbincang dengan seorang kosmonaut selagi kau mencoba menyebrangi Uranus. Mengendarai komet dan berdansa dalam Supernova. Aku berharap menjadi seekor kelinci Bulan dalam mimpimu. Mahluk kecil yang membuat mimpimu lebih indah semalaman. Menemanimu mengarungi antariksa, berkelana diantara kluster galaksi. Berupaya menyandarkan petualanganmu pada planet-planet kecil dan kembali pulang ke Nebula Omega. 


Seketika kau terbangun dan membuka matamu. Seolah-olah kau merasakan kalau aku memperhatikanmu sambil menatapmu dan tersenyum. Namun, tak seperti pagi-pagi sebelumnya. Kau terbangun dengan terkejut. Mengerutkan dahi dan memelototiku sepersekian detik sebelum akhirnya kepalamu beranjak dari pelukanku. Tatapan itu penuh tanya.

"Hey, ini aku.", kataku.

Tak lama kau berusaha mengangkat tubuhmu dan menghindari kasur setelah aku mencoba sesekali menenangkanmu. Kau mengabaikanku. tak mengucapkan salam pagi seperti yang biasanya kau sampaikan. Selayaknya aku tak berada bersamamu semalaman, kau menatapku dan segera memalingkan pandangan itu jauh entah kemana. Mimpi apa yang menghampirimu semalam, Rigel? 


Tahukah kamu, kalau Orion adalah raksasa pemburu yang mati karena panah Artemis dan racun kalajengking raksasa. Mereka menganggap raksasa sebagai monster. Namun Zeus mengangkatnya menjadi gugusan bintang, gugusan Orion. Dan kau, Rigel. Kau adalah bintang paling benderang dalam gugusan itu. Kau yang bersinar begitu terang dalam tubuh raksasa pemburu yang dipercaya menjadi asal muasal kota Messina di Sicilia, Italia. Warga kota tersebut menganggap Orion sebagai pahlawan. Kau yang membuat sesuatu yang mengerikan menjadi terlihat indah. Kau berada tepat di kaki kiri Orion. Bersinar dan menyilaukan. 


Aku percaya dengan kematian dan bintang. Kau bilang, Tuhan menciptakan bumi sebagai surga manusia. Tidak akan ada apa-apa setelah manusia mati. Manusia hanya akan berhenti berpikir, berhenti bernafas, berhenti memiliki rasa, dan berhenti tertawa. Manusia hanya akan membusuk dan berakhir belulang. Oleh karena itu kau selalu menyuruhku untuk berhenti bicara tentang reinkarnasi. Karena yang paling realistis terjadi adalah lupa. Dengan melupakan, kau bisa memulai segala sesuatunya lagi. Dan akulah, sungai Lethe. Sungai yang kerap kau jadikan tempatmu kembali untuk lupa.

Tapi, aku tidak ingin kau lupa. Itulah mengapa aku selalu mengecup matamu. Mereka bilang, kecupan pada mata berarti, "jangan lupa padaku". Aku tak ingin kau begitu saja melupakan aku. Entahlah, aku hanya selalu ingin memelukmu.


.....






Comments

Popular Posts