DUA KALI JATUH HATI

Kau mengingatkanku pada gadis itu. Sore itu, ia melangkahkan kaki mungilnya menuju concierge, meletakan kopernya yang berbentuk bulat bermotif bunga di lantai. Dress putih selutut dengan kalung mutiara serta topi dengan pita menghiasi rambut hitamnya yang terurai sebahu, yang warnanya selaras dengan sepatunya. Ia pasti sedang tergesa-gesa. Keretanya mungkin segera berangkat atau seseorang menunggunya di suatu tempat. Kehadirannya begitu mengguncang hatiku. Matanya yang kecil dan bibirnya yang merona pink. Dan, ah.. Parfumnya, seperti menghadirkan bunga setaman. Ia pasti bidadari yang semalam menginap disini. 

Aku begitu terpana dan sekejap saja menenggelamkan diriku dalam keheningan. Seakan detik berhenti seketika. Rasanya, seperti tertarik kedalam dunia yang belum pernah kusinggahi sebelumnya. Aku tidak pernah begitu terpesona seperti saat itu. 

Tak lama, staff hotel membantu mengangkat kopernya dan mengantarnya memasuki taksi yang sebelumnya ia pesan. Ketika ia tersenyum kepada doorman, tanpa sadar aku pun ikut tersenyum. Senyum itu yang membuatku merasa damai saat itu. Seperti ada ratusan kupu-kupu menari didalam perutku. Membuatku tak bisa berkata-kata. Dengkulku terasa begitu lemas. Aku seperti tersihir. Aku bertanya dalam hati, "Mengapa rasanya begitu aneh dan... Indah?"

Jatuh hati. Mungkin. Mungkin ini yang orang-orang sebut jatuh hati. Aku telah berkali-kali mengalami jatuh hati, namun tak ada yang seperti ini. Rasanya berbeda. Jauh berbeda dari apa yang pernah kualami. Kali ini lebih mendamaikan. Lebih... Seperti terkena guna-guna. Hahaha... Entahlah, aku bahagia.

Dan Kau...

Kau mengingatkanku pada gadis itu. Kau menciptakan perasaan lain yang rasanya serupa dengan apa yang kualami pada gadis itu. Menatap matamu membuatku merasa ingin memelukmu selamanya. Kau begitu cantik dengan mata dan bibir itu. Dengan senyum yang dapat membawaku melayang jauh dalam kebahagiaan tiada bertepi. Kau menangis dalam pelukanku seperti tidak ingin pergi dariku. Alunan musik mendayu mengiringi kau dan aku yang menari berpelukan. Namun aku harus melepasmu. Hal yang paling membuatku bersedih sekaligus bahagia.


"Kau adalah ayah terbaik sedunia!", katamu sambil tersenyum lantas meneteskan kembali beberapa bulir air mata. Gadis kecilku sekarang telah dewasa dan ia begitu persis dengan ibunya, berhasil menyihirku sejak pertama kali melihat mereka. Seperti natal dibulan Juni. Rasanya, begitu... Indah.




Comments

Popular Posts