Surat Untuk Sang Pengembara Galaksi

Pengembara galaksi berada didalam kamarku malam ini. Menemaniku menyaksikan taburan bintang yang bergugus membentuk rasi bintang. Mendengarkanku menjabarkan kisah yang terurai waktu. Tangannya menggenggam erat jemariku sesekali. Pundaknya dibiarkan pasrah menjadi sandaranku, sesekali. Pelukannya terasa begitu hangat disetiap akhir tawaku. Bibirnya yang lembut kerap menyentuh keningku beriringan dengan rangkulan lengannya dibahuku. Keberadaannya membuatku merasa mampu memberhentikan waktu.

Malam ini, seperti malam-malam sebelumnya, kami bertukar cerita. Aku menceritakan tentang waktu yang terasa begitu singkat dan beberapa yang terasa sia-sia. Bumi yang begitu bulat dan besar. Mengitarinya tak cukup hanya dengan ransum seadanya. Spontanitas tak pernah mampu mengalahkan kematangan rencana. Mengeluh pun tak menjadikannya mudah. Kelegaan yang semu tak berarti banyak. Aku bercerita tentang segala keresahanku akan waktu. Tentang awan yang tak selalu melindungiku dari teriknya matahari. Serta, musim yang cepat sekali berganti, menggatikan memori-memori yang selayaknya mati.

Sang pengembara galaksi selalu bercerita tentang petualangannya mengarungi antariksa. Bagaimana ia menari diantara asteroid yang mengerikan, atau tentang bagaimana ia menjumpai planet-planet baru yang terkadang menggelitik ketika diceritakan. Ia juga bercerita tentang sekelumit waktu yang kosong sebenar-benarnya. Sunyi yang begitu senyap sehingga yang bisa didengar hanya suara dikepalanya. Tentang tak adanya musim yang berganti, melainkan warna dari zat berbeda yang begitu indah ketika berbaur menjadi satu.

Kenyataanya, malam seperti ini tidak terjadi setiap hari. Mengarungi galaksi butuh waktu yang jauh lebih lama ketimbang mengitari pulau kecil seharian.

"Suatu hari, aku akan berada diantara bintang yang tak akan pernah terlihat dari sini. Suatu hari, mungkin aja aku butuh jutaan ribu tahun cahaya lebih lama untuk bisa kembali ke bumi. Suatu hari, bahkan mungkin terjadi, aku tersesat.", katanya mengakhiri perbincangan malam ini.

Ia tak pernah pamit pergi. Ia tahu ia selalu kembali. Tapi, bukankah sebaiknya ia berpamitan agar setidaknya memberiku ruang pasti untuk menanti. Nyatanya, ia tak pernah berjanji karena tak ingin membuatku terlalu lama menanti. Ia hanya pergi dan selalu kembali.

---

Pengembara galaksi, dimanapun kau kini. Ada sejumput rindu tak terbendung yang ingin kusampaikan. Terbanglah bebas mengitari semesta hingga tak ada lagi tanda tanya bersembunyi diantara sel-sel otak dikepalamu. Berbahagialah atas segala mimpimu yang terwujud. Carilah selalu bintang yang paling terang sehingga kau tak merasa kesepian. Merindumu hanya perkara waktu. Biar nanti pula waktu yang mencumbu rindu hingga akhirnya pun kita bertemu.




A story for James Ramli, The Solar Traveler. Rest in galaxy, rest in memory.




Comments

Popular Posts