Pulang

Mungkin.

Mungkin ia punya masa kecil yang sulit. Harus berbagi dengan banyak anggota keluarga. Harus mengalami kesusahan yang kerap datang bertubi-tubi dan hal lainnya yang mungkin aku tidak pernah akan tahu. Ia adalah seorang pekerja keras. Ia berusaha mewujudkan keinginananya satu demi satu, tidak pernah merasa lelah untuk menunggu waktu yang tepat untuk membuahi hasil. Hingga akhirnya menjadi tulang punggung keluarga. Orang yang paling bisa diandalkan. Orang yang selalu dibanggakan.

Entahlah. Mungkin kehadiranku berada di waktu yang kurang tepat. Ia harus membagi waktunya untuk mengejar mimpinya dan menemaniku. Kenyataanya, pada saat itu tidak ada banyak pilihan. Aku besar dengan tidak adanya privasi dan tidak adanya keterbukaan yang berarti. Aku besar dengan banyak pertanyaan mengenai mengapa, yang mungkin tidak pernah akan terjawab. Aku tumbuh dengan keraguan atas diriku sendiri. Ketakutan akan diriku sendiri. Melawannya malah membuat semakin meragu. Menghadapinya pun membuat isi kepalaku menjerit tidak karuan. Seumur hidupku seperti bernaung pada dewa Pan, kesayangan para dewa di Olympus. Dalam karya sastra "The Homeric Hymn of Pan", Hermes mengatakan bahwa Pan adalah luar biasa untuk dilihat, dengan kaki dan dua tanduk kambing. Anak yang berisik, anak yang tertawa dalam gembira. Namun sayangnya, aku seperti sendirian di Paloponnese. Penuh dengan kekhawatiran dan ketakutan.

Sementara itu, aku lelah menceritakan isi kepalaku satu per satu. Mengobati hati rasanya tidak lebih sulit dari membungkam jeritan di kepalaku. Berusaha mencari atau bahkan bersabar untuk menunggu, tidak lagi menjadi sesuatu yang perlu dipertimbangkan. Namun berjalan, melukai seluruh telapak kakiku.

Lagi-lagi, mungkin ketika berada di dasar yang berbeda, aku dapat dengan leluasa melihat Arcadia dengan lebih tenang. Aku dapat memandangi sungai Styx dan mulai memahami alasan atas kebencian yang mengalir di sana. Atau mungkin, dengan melihat sungai Akheron dari atas taman Elisian membuatku mampu menafsirkan kesedihan. Mungkin, aku akan mengerti mengapa angin utara mampu membuat anak manusia mampu melewati Okeanos, mengarungi dunia hingga melewati batas terbenamnya matahari. 

Entahlah. Aku begitu ingin memelukmu, menciumi kakimu hingga waktu memaafkanku karena merahasiakan banyak kegundahan yang tak kunjung berlalu. 

Ibu.

Mengobati luka menahun butuh ratusan windu. Satu-satunya cara adalah dengan membiarkan luka itu terbuka hingga mampu mengering dengan sendirinya dan berganti selubung yang baru. Ibu akan berbangga padaku, ketika luka itu tidak akan pernah lagi berpindah asuh. Namun, sementara itu, bertabahlah untuk menunggu.



Comments

Popular Posts